Mendengar kata "film animasi", kebanyakan dari kita mungkin tidak akan langsung berpikir tentang karya buatan Indonesia. Selama ini, baik media TV maupun bioskop, animasi selalu datang dari luar negeri, entah itu Amerika Serikat, Jepang, Eropa, bahkan Malaysia. Padahal Indonesia pun bukannya tidak bisa membuat karya-karya animasi sendiri. Setidaknya, itulah yang dilihat oleh tim kreator Adit & Sopo Jarwo, serial animasi asli Indonesia yang kini tengah menanjak popularitasnya.
"Justru saya bilang gede banget potensinya," ujar Dana Riza, Managing Director MD Animation, sekaligus salah satu sutradara serial Adit & Sopo Jarwo. "Karena sekarang belum ada, kita masih kekurangan. Yang ada kalau kita ke toko mainan, produk Indonesia nggak ada. Animasi kan nggak cuma di TV. Sudah pasti dia jatuhnya ke mainan, ke event, ke theme park, merchandising, makanan, souvenir segala macam," jelasnya, saat ditemui Muvila di kantor MD Animation di Jakarta, pekan lalu.
Dana menyatakan bahwa kesuksesan Adit & Sopo Jarwo berangkat dari tekad untuk dengan menghasilkan sesuatu yang belum ada di pasaran. "Jangan sampai kita bikin bersaing dengan Nickelodeon. Jangan sampai kita buat sesuatu yang bersaing dengan Cartoon Network dan Disney. Produk kita benar-benar harus beda," ungkapnya.
Dana menyebutkan bahwa salah satu titik perbedaan terbesar Adit & Sopo Jarwo dengan tayangan animasi lain adalah konten yang ditawarkan. Baik dari karakterisasi maupun gaya bertuturnya, dibuat dekat dengan keseharian dan lebih diakrabi penonton Indonesia. Bahkan, Dana pernah menerima komentar bahwa serial ini mirip dengan gaya sinetron. Namun, Dana menerima komentar itu dengan positif.
"Sinetron nggak salah, sinetron ada yang bagus 'kan. Ada Si Doel, Rumah Masa Depan,yang memang disukai, bukan lebay kayak sekarang. Memang seperti itu cara bertutur kita untuk film Indonesia, terutama TV. Dan, itu kami pakai," ujar Dana
"Adit & Sopo Jarwo ini menurut saya formula pertamalah. Yang beda sama Nickelodeon, tapi bisa nggak beda sama sinetron. Tapi juga tetap masih kartun, masih animasi, tetapi penonton sinetron suka. Kalau kita bikin animasi yang sembarangan, yang cuma untuk anak-anak, penonton sinetron nggak nonton, saya yakin kita udah tamat," ujar Dana.
DEMI KELANGSUNGAN INDUSTRI
Memproduksi produk animasi dengan konten orisinal buatan sendiri ternyata bukan sekadar untuk unjuk diri. Dengan memiliki konten punya sendiri, itu juga berarti membuat individu dan perusahaan di bidang animasi bisa memperoleh timbal balik yang setimpal dan berkelanjutan. Dengan menghasilkan konten sendiri, maka kesempatan sebuah perusahaan animasi untuk bertahan dan berkembang semakin besar. Ini jelas berbeda dengan mengerjakan pesanan animasi untuk pihak lain, karena keuntungan hak ciptanya pun untuk pihak lain.
"Saya freelance sebagai 3D animator puluhan tahun. Melihat keadaannya kasihan, nggak dihargai, terutama di iklan," ungkap Arnas Irmal, Production Manager sekaligus salah satu pendiri MD Animation. "Jadi, punya konten sendiri itu bangga banget," ujarnya lagi.
Perhatian terhadap hak cipta itulah yang kemudian mendorong Dana dan Arnas untuk menghasilkan konten orisinal lewat bendera MD Animation, hingga sejauh ini dihasilkan Adit & Sopo Jarwo dan Tendangan Halilintar. Meskipun hal ini tentu butuh proses cukup panjang dan penuh risiko, serta timbal balik yang tidak instan, pihak MD Animation tetap bertekad menghasilkan produk yang bakal berumur panjang.
"Karena itu warisan sepanjang zaman," ujar Eki N.F., Head Creative MD Animation yang juga mengepalai tim penulis Adit & Sopo Jarwo. "Doraemon itu dari tahun 70-an, sampai pengarangnya sudah meninggal, masih hidup karyanya. Bahkan, artis Hollywood terkaya ternyata Mickey Mouse, bukan Walt Disney," lanjutnya.
Posting Komentar