Vicenza yang Mencoba Bangkit

vicenza calcio
Alkisah, saat Kekaisaran Romawi mencoba memperluas wilayah kekuasaanya ke seluruh penjuru Italia, mereka cukup kesulitan ketika menghadapi Bangsa Celtic di pesisir utara Italia. Kemudian, mereka bekerja sama dengan etnis Paleo-Veneti untuk mengusir bangsa Celtic dari tanah Italia.
Atas bantuan tersebut, Kekaisaran Romawi memberikan sebuah lahan yang diapit oleh Sungai Adige dan Danau Como. Daerah tersebut masuk ke dalam pemerintahan Kekaisaran Romawi yang diberi nama "Vicentia" atau 'Vicenza" yang berarti "kemenangan". Rakyat Vicenza kemudian mendapatkan kewarganegaraan dari Kekaisaran Romawi.
Perlahan, Vicenza menjadi salah satu jalur penting dalam perdagangan di Italia. Pasalnya, posisi Vicenza berada di tengah-tengah Mediolanum (Milan) dan Tergeste (Trieste) hingga terus menuju Roma. Vicenza kemudian menjadi salah satu kota besar dalam sejarah Kekaisaran Romawi.
Hingga saat ini, Vicenza merupakan salah satu kota yang maju di Italia. Iklimnya yang hangat dan dipenuhi oleh bangunan-bangunan tua membuat Vicenza menjadi salah satu kota yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan. Dijadikan markas Angkatan Darat Amerika Serikat pada Perang Dunia II juga membuat Vicenza memiliki banyak situs-situs bersejarah.
Sama seperti kebanyakan kota di Italia, Vicenza juga memiliki kesebelasan bernama Vicenza Calcio yang saat ini bermain di Serie B. Generasi saat ini sangatlah wajar untuk tidak mengenal dan merasa asing dengan nama Vicenza. Soalnya, klub ini terakhir kali meraih gelar bergengsi pada 1997 dengan memenangi Coppa Italia, setelah mengalahkan Napoli di partai puncak.
Vicenza juga bukanlah anggota Il Magnifico Sette (Magnificent Seven Serie-A, yang berisikan Juventus, Duo Milan, dan tim-tim besar lain) yang menjadi wajah sepakbola Italia dalam dua dekade ke belakang. Padahal di era 1960-an hingga 1980-an, Vicenza adalah tim kuat Serie-A.

Kemilau Masa Lalu
Memasuki level kompetisi tertinggi sepakbola Italia pada pertengahan Perang Dunia kedua, tepatnya pada tahun 1942, Vicenza mengalami jatuh bangun dalam keberjalanan mereka di kompetisi sepakbola Italia. Sempat menang besar atas Juventus 6-2 di tahun pertama, sayangnya tiga tahun kemudian mereka degradasi ke Serie-B.
Vicenza sempat berganti nama menjadi Lanerossi Vicenza karena klub tersebut diakuisisi oleh perusahaan Wol dengan nama sama. Pada era 1950 hingga 1980-an Vicenza menjadi kekuatan superior dalam sepakbola Italia, bahkan kala itu mereka dijuluki Real Vicenza mengacu kepada permainan hebat dan disamakan dengan raksasa sepakbola Spanyol, Real Madrid.
Vicenza sempat berganti nama menjadi Lanerossi Vicenza karena klub tersebut diakuisisi oleh perusahaan Wol dengan nama sama. Pada era 1950 hingga 1980-an Vicenza menjadi kekuatan superior dalam sepakbola Italia, bahkan kala itu mereka dijuluki Real Vicenza mengacu kepada permainan hebat dan disamakan dengan raksasa sepakbola Spanyol, Real Madrid.
roberto baggio vicenza calcioVicenza kemudian menjadi tempat di mana legenda sepakbola Italia memulai kariernya, di antaranya adalah Paolo Rossi dan Roberto Baggio. Setelah menjadi kampiun Serie-B pada 1977, Presiden Vicenza kala itu, Giussepe Farina, kemudian mendatangkan penyerang muda Juventus, Paolo Rossi. Pembelian ini terbukti jitu. Rossi mencetak 24 gol dan membawa Vicenza bercokol di papan atas Serie-A.
The Divine Ponytail, Roberto Baggio, juga memulai kariernya di Vicenza. Baggio mulai bermain untuk tim utama Vicenza pada 1983, dengan melakukan debut melawan Piacenza, kala itu Baggio masih berusia 15 tahun. Setelah bermain selama tiga musim dan berhasil mencetak 13 gol, Baggio muda kemudian hijrah ke Fiorentina, karena tim asal Firenze tersebut bersedia membayarkan biaya operasi cedera Baggio yang tidak sanggup dilunasi oleh Vicenza.
Selain Rossi dan Baggio, ada nama-nama pesepakbola lain yang sempat bermain untuk Vicenza, mulai dari Ousmane Dabo, Mohammed Kallon, Francesco Coco, Massimo Ambrosini, Luca Toni, hingga Christian Maggio. Tidak hanya itu, sejumlah pelatih hebat pun sempat menangani tim berjuluk Biancorossi ini, antara lain Tarcisio Burgnich, Francesco Guidolin, dan Eduardo Reja, sempat ditunjuk untuk melatih Venezia.
Selain Paolo Rossi dan Baggio, ada nama-nama pesepakbola lain yang sempat bermain untuk Vicenza, mulai dari Ousmane Dabo, Mohammed Kallon, Francesco Coco, Massimo Ambrosini, Luca Toni, hingga Christian Maggio. Tidak hanya itu. Para pelatih hebat pun sempat menangani tim berjuluk Biancorossi ini, Tarcisio Burgnich, Francesco Guidolin, dan Eduardo Reja, sempat ditunjuk untuk melatih Venezia.

Jatuh Bangun dan Mencoba Bangkit

Ada sebuah kenyataan yang ironis terjadi setiap kali Vicenza berhasil menorehkan prestasi. Sudah disebutkan sebelumnya, bermain baik di musim perdana mereka di Serie-A, tiga tahun kemudian mereka harus mendapati kenyataan harus terdegradasi ke level kompetisi yang lebih rendah.
Tiga tahun setelah era Real Vicenza, mereka secara berturut-turut terdegradasi ke level yang lebih rendah, dan harus bermain di Serie C-1 selama lebih dari empat tahun. Kemunculan Baggio pada pertengahan 1980-an sempat membawa Vicenza ke Serie-A, namun lagi-lagi mereka harus terdegradasi sebagai bagian dari hukuman setelah terbukti terlibat dalam skandal pengaturan skor Totonero yang melibatkan banyak klub sepakbola Italia pada musim kompetisi 1986/1987. 
Bahkan setelah berhasil meraih gelar Coppa Italia pada 1997, dua tahun kemudian Vicenza kembali bermain di level kompetisi yang lebih rendah. Vicenza hanya mampu mengakhiri Serie-A musim kompetisi 1999/2000 di peringkat ke-16, yang membuat mereka kala itu terdegradasi bersama Torino, Cagliari, dan Piacenza.
Tidak bisa promosi dan harus bermain di Lega Pro (level ketiga kompetisi sepakbola Italia pengganti Serie-C dan level-level di bawahnya) pada musim kompetisi 2012/2013. Vicenza kemudian berhasil mengakhiri kompetisi di peringkat kelima, dan berhak bermain di babak play-off. Mundurnya Siena pada musim kompetisi 2014/2015 membuat Vicenza berhak promosi ke Serie-B.
Tanggal 9 Maret menjadi hari di mana Vicenza Calcio pertama kali didirikan oleh dua orang guru asal Veneto, yaitu Tito Buy dan Libero Scarpa lebih dari satu abad lalu. Sempat menjadi kekuatan besar dalam sepakbola Italia dan menelurkan pemain-pemain hebat bahkan menjadi legenda dalam sepakbola negeri tersebut, Vicenza kini tertatih-tatih dalam langkahnya untuk kembali ke level tertinggi sepakbola Italia.
Vicenza mengajarkan kita bahwa tidak ada suatu hal pun yang abadi, Nothing Last Forever. Yang pasti hari jadi ini tentunya bisa saja menjadi momentum kebangkitan dan membuat kita semua bisa saja tidak lama lagi akan menyaksikan Vicenza kembali berlaga di Serie-A. Sama seperti ketika Vicenza yang kembali bangkit dari reruntuhan sisa kejayaan kekaisaran Romawi di Palladian Villa de Veneto

Buon Anniversario Vicenza Calcio!

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © PENGETAHUAN ISENG - ARTIKEL COPY PASTE. Designed by OddThemes & Distributed by Blogger Templates