AC Milan memulai Serie A dengan menjanjikan. Menjamu Lazio di San Siro, Milan berhasil membungkam sang tamu dengan skor 3-1. Gol Keisuke Honda, Sulley Muntari, dan Jeremy Menez, hanya mampu diperkecil oleh gol bunuh diri Alex. Lazio sejatinya mampu mengimbangi permainan cepat Milan. Berkali-kali peluang demi peluang berhasil didapatkan. Namun skuat asuhan Stefano Pioli ini tak mampu menandingi serangan cepat yang diperagakan pemain Milan dengan menyisir sisi sayap.
Pada laga ini, Milan tak bisa menurunkan beberapa pemainnya. Philipe Mexes dan Mattia De Sciglio harus absen lantaran akumulasi kartu. Riccardo Montolivo masih belum sembuh dari cedera panjangnya. Sementara pemain anyar yang dipinjam dari Chelsea, Fernando Torres, belum bisa diturunkan karena baru tiba di Milan kemarin (31/08).
Milan menggunakan formasi andalannya 4-3-3, formasi yang memang menjadi andalan sang allenatore, Filippo Inzaghi. Kali ini Inzaghi coba bereksperimen dengan memasang Jeremy Menez menjadi penyerang tengah untuk melengkapi barisan penyerangan yang ditandemkan dengan Stephan El Sharaawy dan Honda.
Starting XI AC Milan v Lazio (31-08-2014) |
Sementara di kubu Lazio, Biancoleste harus berlaga tanpa lima pemain andalannya. Federico Marchetti, Abdoulay Konko, Onazi, dan Gonzalez harus menepi karena cedera. Sedangkan Peireinha tak bisa diturunkan karena akumulasi kartu. Namun meskipun begitu, Lazio masih memiliki para pemain cadangan yang kualitasnya tak jauh berbeda dengan para pemain yang absen di atas. Formasi 4-3-3 pun coba dimaksimalkan dengan menurunkan beberapa pemain anyar seperti Stevan De Vrij,Dusan Basta, Marco Parolo, dan Seydou Keita.
Keberhasilan Serangan Balik
Bermain di kandang lawan tak membuat Lazio memainkan skema bertahan. Justru sebaliknya, Lazio bermain terbuka. Parolo dan Lucas Biglia menjadi instrumen di lini tengah Lazio. Akurasi umpan keduanya mencapai 90%, di mana Parolo mencatatkan empat key passes. Dari keduanya pula Lazio berkali-kali mampu merepotkan pertahanan Milan dengan mengalirkan bola pada Candreva dan Lulic yang memang menjadi tumpuan.
Kombinasi Umpan Parolo Dan Biglia |
Dengan skema permain Lazio yang seperti itu, Milan dibuat lebih banyak bertahan dan hanya mengandalkan serangan balik. Namun Milan memiliki El Sharaawy dan Honda yang mengisi pos penyerang sayap. Kecepatannya sangat diandalkan ketika melakukan serangan balik. Gol Honda pun tercipta melalui skema serangan balik cepat yang digagas El Sharaawy.
El Sharaawy yang menerima bola di sisi kiri membawa bola sendirian melewati dua orang pemain sebelum mengirim umpan daerah pada Honda yang berada di kotak penalti. Tak terkawal, Honda pun bisa mengecoh kiper Lazio, Berisha pada menit ke-7.
Serangan seperti ini ternyata lebih ampuh ketimbang serangan Milan yang dibangun perlahan-lahan ketika menguasai bola. Lini tengah Lazio yang dihuni Parolo, Biglia dan Lulic beberapa kali mampu meredam serangan Milan, berbeda dengan serangan balik yang membuat ketiganya kelabakan.
Milan Cenderung Mengalirkan Bola Kesisi Sayapnya |
Hal ini terjadi lantaran ketika Milan melakukan serangan balik, fullback Lazio kurang baik dalam melakukan transisi dari menyerang ke bertahan. Basta dan Radu menjadi pihak paling yang bertanggung jawab atas dua gol Milan. Karena kedua gol tersebut berasal dari serangan sisi sayap yang tak mampu diantisipasi oleh dua pemain tersebut.
Radu dan Basta memang dituntut untuk aktif membantu lini penyerangan. Keduanya pun ditugaskan untuk memanjakan Klose dengan umpan silangnya. Tercatat sembilan kali total keduanya mengirimkan umpan silang ke dalam kotak penalti.
Umpan Silang Lazio yang Selalu Berhasil Digagalkan
Serangan Lazio sendiri lebih mengandalkan umpan silang. Hal ini dilakukan lantaran Lazio memiliki Antonio Candreva dan Senad Lulic yang bisa mengobrak-abrik sisi sayap pertahanan Milan. Keduanya ini wajib "menyuapi" Miroslav Klose yang memang handal dalam duel bola-bola atas.
Namun sayangnya serangan ini tak begitu efektif menghadapi Milan. Umpan silang yang dikirimkan ke kotak penalti selalu kandas dihalau oleh duo bek Milan, Alex dan Zapata. Pada babak pertama,dari 10 kali usaha yang dilakukan tak satu pun yang berhasil mengenai sasara.
Radu dan Basta memang dituntut untuk aktif membantu lini penyerangan. Keduanya pun ditugaskan untuk memanjakan Klose dengan umpan silangnya. Tercatat sembilan kali total keduanya mengirimkan umpan silang ke dalam kotak penalti.
Umpan Silang Lazio yang Selalu Berhasil Digagalkan
Serangan Lazio sendiri lebih mengandalkan umpan silang. Hal ini dilakukan lantaran Lazio memiliki Antonio Candreva dan Senad Lulic yang bisa mengobrak-abrik sisi sayap pertahanan Milan. Keduanya ini wajib "menyuapi" Miroslav Klose yang memang handal dalam duel bola-bola atas.
Namun sayangnya serangan ini tak begitu efektif menghadapi Milan. Umpan silang yang dikirimkan ke kotak penalti selalu kandas dihalau oleh duo bek Milan, Alex dan Zapata. Pada babak pertama,dari 10 kali usaha yang dilakukan tak satu pun yang berhasil mengenai sasara.
Meski kemudian tertinggal lebih jauh menyusul gol yang diciptakan Jeremy Menez lewat titik putih, Lazio tetap tak mengubah skema permainannya. Upaya untuk membongkar pertahanan Milan yang dilakukan sang allenatore, Stefano Pioli, adalah dengan mengganti pemain, Djordjevic meggantikan Klose dan Felipe Anderson menggantikan Keita. Pergantian ini cukup berhasil karena gol bunuh diri Alex tercipta bola umpan silang yang diarahkan Djordjevic mengenai bek asal Brasil tersebut untuk meluncur ke gawangnya sendiri.
Setelah gol tersebut Lazio mulai mendominasi pertandingan. Apalagi setelah Inzaghi memasukkan Essien, Armero dan Niang untuk menggantikan Muntari, Honda dan Menez dan mengubah formasi menjadi 4-1-3-2.
Tampaknya alasan Inzaghi mengubah formasinya ini untuk membatasi pergerakan para pemain tengah Lazio yang begitu nyaman menguasai bola di area tengah lapangan setelah masuknya Stefano Mauri. Kapten Lazio yang sebenarnya itu memang memiliki kreativitas dan visi bermain yang cukup mumpuni.
Setelah gol tersebut Lazio mulai mendominasi pertandingan. Apalagi setelah Inzaghi memasukkan Essien, Armero dan Niang untuk menggantikan Muntari, Honda dan Menez dan mengubah formasi menjadi 4-1-3-2.
Tampaknya alasan Inzaghi mengubah formasinya ini untuk membatasi pergerakan para pemain tengah Lazio yang begitu nyaman menguasai bola di area tengah lapangan setelah masuknya Stefano Mauri. Kapten Lazio yang sebenarnya itu memang memiliki kreativitas dan visi bermain yang cukup mumpuni.
Pablo Armero dipilih Inzaghi untuk menempati gelandang di sisi kiri, padahal biasanya pemain timnas Kolombia ini ditempatkan sebagai fullback atau wingback kiri. Tampaknya kecepatan yang dimilikinya diharapkan bisa berguna saat Milan melakukan serangan balik.
Dengan Milan yang memperkuat lini tengah, Lazio terus menggencarkan serangan lewat sisi sayapnya di mana Lulic dan Candreva secara bergantian bertukar posisi untuk mengecoh penjagaan lawan. Upaya terus menerus membongkar sisi sayap ini akhirnya berhasil pada tambahan waktu babak kedua, ketika Candreva berhasil menerobos ke area kotak penalti dengan kemampuan dribbling-nya. Candreva harus dijatuhkan di area terlarang sehingga Lazio mendapatkan hadiah penalti. Namun sayang, Candreva yang mengeksekusi sendiri penalti tersebut gagal membobol gawang Diego Lopez. Lopez dengan tepat membaca arah bola dan menepis tendangan Candreva. Skor 3-1 pun tetap bertahan hingga wasit meniupkan peluit panjang.
Pertahanan Solid Milan
Lini pertahanan Milan yang digalang Alex pun patut diacungi jempol. Kedisipilinan para pemain bertahannya ini berhasil membuat serangan umpan silang Lazio selalu bisa dipatahkan. Klose dibuat tak berkutik karena kesulitan mendapatkan bola.
Alex yang berpartner bersama Zapata pada posisi bek tengah bermain lugas dan disiplin dalam menjaga area kotak penalti. Keduanya melakukan 25 clearance dan 83% keberhasil tackle. Dan mereka tak sekalipun melakukan pelanggaran sepanjang 90 menit.
Inzaghi dengan baik mampu membaca pola penyerangan Lazio. Awalnya, Milan sempat menggunakan garis pertahanan tinggi. Namun setelah melihat Lazio yang mengusai lapangan tengah, Inzaghi menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain lebih ke dalam menjaga area pertahanan.
Dengan Milan yang memperkuat lini tengah, Lazio terus menggencarkan serangan lewat sisi sayapnya di mana Lulic dan Candreva secara bergantian bertukar posisi untuk mengecoh penjagaan lawan. Upaya terus menerus membongkar sisi sayap ini akhirnya berhasil pada tambahan waktu babak kedua, ketika Candreva berhasil menerobos ke area kotak penalti dengan kemampuan dribbling-nya. Candreva harus dijatuhkan di area terlarang sehingga Lazio mendapatkan hadiah penalti. Namun sayang, Candreva yang mengeksekusi sendiri penalti tersebut gagal membobol gawang Diego Lopez. Lopez dengan tepat membaca arah bola dan menepis tendangan Candreva. Skor 3-1 pun tetap bertahan hingga wasit meniupkan peluit panjang.
Pertahanan Solid Milan
Lini pertahanan Milan yang digalang Alex pun patut diacungi jempol. Kedisipilinan para pemain bertahannya ini berhasil membuat serangan umpan silang Lazio selalu bisa dipatahkan. Klose dibuat tak berkutik karena kesulitan mendapatkan bola.
Alex yang berpartner bersama Zapata pada posisi bek tengah bermain lugas dan disiplin dalam menjaga area kotak penalti. Keduanya melakukan 25 clearance dan 83% keberhasil tackle. Dan mereka tak sekalipun melakukan pelanggaran sepanjang 90 menit.
Inzaghi dengan baik mampu membaca pola penyerangan Lazio. Awalnya, Milan sempat menggunakan garis pertahanan tinggi. Namun setelah melihat Lazio yang mengusai lapangan tengah, Inzaghi menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain lebih ke dalam menjaga area pertahanan.
Hal ini tentunya sangat tepat dilakukan untuk meminimalisir ruang kosong. Pada garis pertahanan tinggi, jarak antara kiper dan pemain belakang memiliki ruang yang tentunya akan sangat membahayakan jika berhasil ditembus pemain lawan. Apalagi Lazio yang memiliki gelandang yang selalu siap memanfaatkan celah tersebut.
nzaghi tampaknya tak mau mengambil resiko dengan memainkan garis pertahanan tinggi meski pada babak pertama serangan Lazio belum membuahkan hasil. Dengan garis pertahanan yang dimundurkan, celah dan ruang kosong di lini pertahanan berhasil dipersempit karena menumpuknya pemain Milan di area dekat kotak penalti.
Apalagi setelah unggul, Milan jelas perlu mempertahankan skor. Dan Inzaghi dengan kecerdikannya menyadari hal itu. Berkat perubahan skema bertahan ini, skor 3-1 pun berhasil diamankan hingga wasit meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.
Kesimpulan
Keberhasilan Milan menekuk Lazio di kandangnya ini tak lepas dari kejelian Inzaghi yang memanfaatkan sisi sayap sebagai upaya untuk mencetak gol. Kredit khusus patut diberikan pada El Sharaawy dan Honda yang memainkan perannya dengan baik sebagai penyerang sayap.
Hasil ini tentunya menjadi hasil yang memuaskan bagi allenatore Milan, Inzaghi. Kemenangan ini juga akan memberikan kepercayaan diri pada para pemain dan Milanisti yang mendukungnya setelah mengalami rentetan hasil buruk pada laga pra-musim.
Konsistensi permainan seperti ini perlu ditunjukkan Milan hingga akhir musim. Dan itu memang wajib dilakukan mengingat kandidat tim juara lain akan terbagi konsentrasinya karena harus berlaga di kompetisi Eropa, sedangkan Milan hanya berlaga di kompetisi domestik. Jika Milan mampu melakukannya, tiga poin berikutnya bukan hal yang mustahil untuk diraih.
Apalagi setelah unggul, Milan jelas perlu mempertahankan skor. Dan Inzaghi dengan kecerdikannya menyadari hal itu. Berkat perubahan skema bertahan ini, skor 3-1 pun berhasil diamankan hingga wasit meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.
Kesimpulan
Keberhasilan Milan menekuk Lazio di kandangnya ini tak lepas dari kejelian Inzaghi yang memanfaatkan sisi sayap sebagai upaya untuk mencetak gol. Kredit khusus patut diberikan pada El Sharaawy dan Honda yang memainkan perannya dengan baik sebagai penyerang sayap.
Hasil ini tentunya menjadi hasil yang memuaskan bagi allenatore Milan, Inzaghi. Kemenangan ini juga akan memberikan kepercayaan diri pada para pemain dan Milanisti yang mendukungnya setelah mengalami rentetan hasil buruk pada laga pra-musim.
Konsistensi permainan seperti ini perlu ditunjukkan Milan hingga akhir musim. Dan itu memang wajib dilakukan mengingat kandidat tim juara lain akan terbagi konsentrasinya karena harus berlaga di kompetisi Eropa, sedangkan Milan hanya berlaga di kompetisi domestik. Jika Milan mampu melakukannya, tiga poin berikutnya bukan hal yang mustahil untuk diraih.
Posting Komentar